Edited by Chela. Powered by Blogger.
Showing posts with label Guru. Show all posts

Tentang SK Bupati, Masa Kerja dan Ijasah S1

By : @SoemarniGrobogan
Tentang SK Bupati, Masa Kerja dan Ijasah S1 ~ Tiga kata itu yang memang jadi bahan sensitif untuk beberapa bulan terakhir. Ini mungkin sih ya, terlebih dikalangan guru honorer di Purwodadi. Bahkan dikantorku ada juga panas-panas balsemnya. 😋

Hari Guru dan Mereka yang Menginspirasiku

Hari guru dan mereka yang menginspirasiku ~ Harusnya postingan ini aku publish tepat di peringatan hari guru. Tapi entah mengapa ide seolah mampet dan semangat ngeblog sedng tergantikan dengan semangat yang lainnya. Yelah, nyusun berkas demi pendataan guru honorer non K2. 

Guru Honorer : Engkau yang Dipuji dan Dicaci

credit : okezone.com

Aku nggak habis fikir ketika postingan curhatanku ini dishare salah seorang teman guru. Kebetulan kami sama-sama sebagai guru wiyata bakti. Mungkin blio merasa postingan itu mewakili curahan hati mereka. Sesama kaum honorer. 

Testimoni dan Harapan di Hari Guru Nasional

Hari Guru Nasional sudah berlalu 2 hari yang lalu kan ya. Tapi kok atmosfernya masih berasa aja sampai sekarang. Apa ini karena upacara peringatan Hari Guru Nasional diundur besok Rabu? Hahaha. Entahlah, yang jelas di tanggal 25 November kemarin sebagai seorang guru (honorer) saya ngerasa bangga dan haru. Hari dimana profesi saya lagi spesial banget, dapet ucapan dari berbagai pihak sampai fesbuk aja ngucapin. Bahkan anak-anak di kelaspun juga ngucapin. Eleuh..eleuh...

Ekspektasi Vs Realita Jadi Guru

Ekspektasi  vs Realita Jadi Guru - Dulu semasa kuliah bayangan saya ketika jadi guru tuh ada aja. Tapi perkataan orang yang bilang “jangan berhayal tinggi-tinggi, kalau gak sesuai kenyataan nanti sakit”. Gak semua sih memang tapi ada lah beberapa ekspektasi saya kalau jadi guru nanti endebrew endebrew. Kenyataannya? Hamsyong deh ya. Tapi banyak serunya. 🙊🙊🙊🙊🙊🙊🙊

Bekerjalah dengan Hati



Beberapa hari yang lalu saya terlibat obrolan di bbm yang lumayan menguras hati. Bukan soal percintaan sih, tetapi lebih ke pencarian jati diri. Masih muda jadi saya sangat memaklumi teman guru saya yang satu itu memang lagi masanya cari jati diri terutama urusan profesi. Menjadi guru menjadi pilihan dia ketika saudaranya banyak yang menghindari profesi tersebut. Mengajar di SD favorit yang menjadi “incaran” banyak guru sudah dia dapatkan, bahkan kerja sampingan juga sudah didapatkan. Lantas, kurang apa?

Jadi Guru Kok Galak, Sih?


pic source

Jadi Guru Kok Galak, Sih? – sering banget aku dapetin komentar seperti itu. Apalagi komentar itu datang dari anggota keluarga sendiri. Pun si papa yang sering bilang “Ma, jangan galak-galak” dan respon aku Cuma sekedar nyengir kecut aja sih. Pembelaan diri sih akan bilang ini gak galak cuma intonasi aja yang tinggi. Ini gak galak Cuma lebih menegaskan aja. Ini gak galak wong aku juga gak main fisik. Tapi tetap saja nyinyiran yang bilang “pantes gak ada yang mau les wong kamu galak jadi guru!”. Rasanya digituin ituh…. Pengen teriak “COBA KAMU YANG JADI GURU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Bukan Salah Saya (Kami) Memilih Jadi Guru



Jika hidup menyoal pilihan, tentu pilihan saya (kami) adalah pilihan terpasrah dalam hidup. "Kalau gak jadi guru, kami mau kerja apa?". Entah bagaimana orang memandang kami, yang jelas selama menjalani profesi ini ada sebuah kepuasan tersendiri yang saya (kami) rasakan. Pun kepuasan itu berlanjut sampai saat ini dalam status menjadi seorang istri dan ibu satu anak. Banyak yang nyinyir dengan pekerjaan kami, gak sedikit pula yang menganggap kami sebagai orang mapan dengan gaji jutaan. Bahkan bagi sebagian, kami ini adalah manusia maha tau segalanya dalam urusan “minteri” anak. 

Bu Guruku Sudah Lulus

foto dari FB bu Ir
Kalau hujan gini suka bikin kenangan melayang-layang diotak yah. Apalah saya ini seorang emak melankolis yang demen banget buat mengingat-ingat kenangan. Tapi kalau mantan sih mending gak usah diinget kali ya, bikin KZL. Hahaha…. Gegara glenikan sama bapak sambil menikmati hujan yang cukup deras sore tadi, obrolan seru itu ngajakin buat kembali ke masa sekolah SD yang saya itu terkenal gembengnya. Duh…

Selamat Hari Guru Nasional

bu guru
Saya ingat dulu jaman kecil bapak beliin papan tulis kecil lengkap dengan kapur dan penghapusnya. Ibu beliin mainan huruf abjad yang saat itu sampai nangis-nangis ditempat gegara saya ngeyel minta buat dibeliin. Setiap malam sehabis solat magrib bapak siap dengan pentungan stik drum dan duduk bersila di depan papan tulis kecil itu. Sebuah kalimat “ini budi” ngehits sekali jaman kecil saya, dan itu berulang saya baca karena buku paket “Gemar Bahasa Indonesia” isinya ya soal si budi dankeluarganya. Belum lagi bapak mewajibkan saya untuk berdiri tegak menyanyikan lagu nasional dan harus diulangi kalau salah lirik. Peran ibu saat itu sebagai satpam televisi kali aja saya curi-curi kesempatan buat menyalakan TV pas ditinggal bapak sholat isya.

Bersiap UKG 2015

credit: google
Saat ini  guru di seluruh Indonesia lagi sibuk. Atau mungkin sebagian sudah melaksanakan program yang diadakan oleh pemerintah. UKG a.k.a Uji Kompetensi Guru yang kemunculannya mendatangkan pro kontra tersendiri bagi beberapa pihak. Lah, saya malah tahu kalau tahun ini ikut UKG dari teman guru. Maklum saat cuti saya benar-benar off soal kerjaan. Barulah ketika masuk sekolah saya mulai mempersiapkan untuk UKG. Sepemahaman saya UKG ini hanya diikuti oleh guru PNS, tetapi ternyata tidak. Bisa diikuti guru non PNS asal memiliki nomor NUPTK atau Peg ID. Tapi kenyataan di lapangan tidak semua yang memiliki Peg ID bisa ikut UKG. Mungkin ikut di UKG yang akan datang.

Jodoh yang Seprofesi

gambar dari google
Sekali-kali bahas soal jodoh gimana ya? Yang jelas saya sih seseorang yang masih belum ada apa-apanya kalau soal agama, jadi saya pengen bahas secara umum saja.

#BeraniLebih Memilih Jadi Guru

Kalau ditanya apa impianku, saya akan menjawab jadi seorang bidan. Sejak dulu saya memang memiliki minat di bidang kesehatan. Dalam imajinasi saya bidan itu sebuah profesi yang mulia, membantu seorang ibu dan bayi dalam sebuah proses persalinan, “bermain-main” dengan darah dan ari-ari, bahkan impian menjadi bidan favorit dan tinggal disebuah desa dengan penduduk yang ramah-ramah. Sebuah impian yang sempurna bagi saya di jaman SMA.

Saya Bangga Jadi Guru Untuk Indonesia

bersama mereka, kami untuk Indonesia
Seneng deh setiap hari senin sampai sabtu saya melihat mereka. Semangat mereka untuk belajar meskipun kami berada dalam lingkup serba sederhana. Sarana prasarana belajar yang sederhana, tapi saya berhasil membawa mereka memiliki mimpi yang lebih dari sederhana. Belum lagi ketika saya bertanya tentang negeri yang mereka cintai serempak anak-anakku bilang Indonesia. Rasanya, memang saya bangga menjadi anak negeri yang katanya negeri paling kaya, baik itu kekayaan alamnya, budaya, agama, sampai suku dan ras.

Indonesia Hebat Melalui Peran Guru



berkibar di perahu nelayan. 
Saya selalu merinding setiap upacara di hari senin melihat bendera merah putih dikibarkan dengan iringan paduan suara khas anak-anak dan lagu Indonesia Raya. Melihat mereka berseragam putih merah lengkap dengan dasi dan topi. Berdiri tegak walau matahari menyengat (yang seharusnya sebagai cambuk yang mengingatkan kita tentang kecintaan kita kepada ibu pertiwi, tanah air kita yaitu Indonesia), memberi hormat meski saya yakin diantara mereka belum memahami apa arti dari penghormatan itu, mendengarkan pembacaan pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung 4 tujuan bangsa Indonesia, menirukan pembacaan pancasila secara serempak, dan mendengarkan amanah dari Pembina upacara. Itulah fenomena setiap hari senin saat saya menjadi seorang siswa dan kini menjadi seorang guru. 

Road To Srikandi Blogger 2014


Teman-teman...ini sekilas tentang saya yang waktu itu naskah saya kirimkan di seleksi Srikandi Blogger 2014....

Siapa Cheila Si Guru Kecil???
bapak ibu dan saya ^_^
Perkenalkan, saya adalah Chela Ribut Firmawati, S.Pd yang terlahir di kota kecil Purwodadi, 29 September 1989. Terlahir dari keluarga biasa yang keseharian bapak dan ibu bekerja sebagai seorang petani, dan sekarang ini Bapak adalah seorang pensiunan pengawas sekolah TK/SD. Pendidikan saya lalui layaknya anak-anak pada umumnya, bersekolah di TK Trisula Perwari II hanya selama 9 bulan kemudian lulus dan masuk jenjang SD. Tingkatan SD saya bersekolah di SD Negeri 3 Purwodadi, lulus SD saya melanjutkan di SMP Negeri 1 Purwodadi, kemudian sekolah di SMA N 1 Toroh, dan pendidikan tertinggi saya lalui selama 3tahun 10 bulan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Begitu lulus saya sekarang mengabdikan diri sebagai seorang guru SD.

Ngeyel

Ngebahas soal masa sekolah, dulu saya itu termasuk dalam murid yang lumayan bandel. Apalagi kalau ketemu sama guru yang  killer macam bapak saya itu. Bawaannya pengen "mbradul" karena ga betah sama galaknya itu. Tapi saya cengeng juga karena kalau ada PR selalu berselisih paham sama bapak. Gampangannya udur-uduran mengenai cara menyelesaikan soal terutama soal Matematika.

Bapak dan Pensiun

Sebuah postingan tentang kekagumanku terhadap sosok bapak.

 *****

masa mudanya ganteng kayak anjasmara ^_^
Akhir-akhir ini saya sedang galau. Dan entah kenapa ingatan saya seolah ingin bernostalgia di jaman kecil. Kembali ke masa kecil, tepatnya begitu. Masa dimana saya masih banyak waktu untuk bermain dan belajar bersama bapak. Memang saya anak bontot yang lekat dengan sosok bapak. Dikit-dikit bapak, kalau dinakali sama temen mengadu ke bapak, pokoknya sampai dibilang anak bapak. Sedangkan mbak jauh lebih dekat dengan ibu. Memang dua anak perempuan ibu sama bapak ini memiliki sosok favorit sendiri-sendiri. Bukan berarti saya dan mbak hanya sayang sama salah satu orang tua kita lho ya.

Selamat Hari Guru Nasional

"Engkau sebagai pelita dalam kegelapan..
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan..
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa"

Begitulah kiranya syair yang pernah diajarkan oleh guru saya dimasa saya mengenyam bangku SD. Bapak saya seorang guru dari kecil saya sudah diajari menyanyi, menulis, dan berhitung. Dan dari bapaklah diwariskan keinginan menjadi seorang guru.

Guru itu seperti malaikat. Seperti lentera yang menerangi kita dengan ilmu. Gurulah orang tua kita disekolah. Dan muridlah yang menjadi jembatan seorang guru kelak di surga nanti :).

Selamat Hari Guru Nasional. Setidaknya mari kita berjuang mencerdaskan anak-anak bangsa. Jangan hanya semata untuk pemerintah, tetapi untuk bangsaku, bangsa kita Indonesia.

Terimakasih :)

Salam saya

-si guru kecil-

Rapor

bintang kelas *peringkat 1 sedang absen
Hari ini bagi saya luar biasa. Saya kembali membuktikan perkataan sahabat blogger saya yang kece om NH tentunya. Sama sekali gak ada yang meleset. Apa om NH ini berprofesi sampingan sebagai peramal yah??hihihi


Pagi tadi anak-anak sudah menerima hasil belajaranya dan mereka mulai senin akan menikmati liburan selama 3 minggu. Dengan didampingi orang tua masing-masing mereka menerima hasil keringat dan jerih payah mereka selama semester genap ini. Tidak lupa dari pihak sekolah memberikan sedikit tanda kasih untuk peringkat 1 sampai dengan 3. Alhamdulillah anak-anak naik kelas semua, meskipun ada satu dua anak yang naik dengan nilai pas.


Grogi, takut, deg-degan semuanya campur aduk menjadi satu. Ini kali pertama saya berhadapan dengan orang tua dan dituntut untuk mempertanggungjawabkan hasil setiap anak. Tentu saya mendapat complain dari orang tua murid diantaranya :

  1. Saya menerima masukan dari ibu si Arinta yang kebetulan menjadi juara 1 di kelas. Beliau menyampaikan apa yang dimau si anak “maaf bu, Arinta bilang sama saya kalau nanti kelas 3 maunya gurunya sama ibu. Katanya ibu selalu nemenin anak-anak di kelas, jarang ditinggal pergi, kalau ke kantor juga cuma waktu istirahat. Anak saya seneng bu malahan. Jadi mintanya nanti kelas 3 ibu lagi yang ngajar.” 
  2. Selain itu ada juga complain dari ibu si Galih yang kebetulan jadi juara 2 di kelas “ anak saya kalau dirumah gak mau belajar buk. Katanya belajarnya enak disekolah sama bu guru." 
  3. Masih ada lagi complain dari ibu si Adhit yang kebetulan meraih peringkat 6 “ anak saya hasilnya gimana bu, kalau dikelas nakal atau tidak? Soalnya dirumah kalau saya suruh belajar selalu bilang ah buk gampang pokoknya soal-soal ini. Bu guru sudah sering ngajari di kelas, tapi bu guru kadang galak.”


Ini hal baru bagi saya. Dan sampai saya buat postingan ini saya menerima sms dari orang tua murid les yang isinya mengucapkan terimakasih karena anaknya sudah dibantu belajarnya. Dan si anak berhasil menjadi bintang kelas. Dan siang sepulang dari sekolah saya mendapat telefon dari orang tua murid les juga intinya sama mengucapkan terimakasih meskipun hasil si anak ada sedikit penurunan. Sekalipun hanya ucapan terimakasih namun saya merasa ini adalah hal yang tidak bisa di beli. Bahagianya menjadi seorang guru ya ini nduk, disaat mereka mengucapkan terimakasih sama kamu (bapak:red)


See om Nh. Hari ini aku membuktikan perkataan om, dan ini sama sekali tidak ada yang meleset. Sungguh menjadi seorang guru itu sesuatu yang sangat luar biasa. Apa yang akan terjadi esok hari? Tunggu ceritaku selanjutnya ya om. he..he...he..


Nah, bagaimana dengan teman-teman blogger, apakah kepuasan itu hanya bisa didapat dari hal yang hanya berbau materi? Hari ini saya membuktikan sendiri, ternyata TIDAK!! Saya membuktikan bahwa INI LHO INDAHNYA BERBAGI dan MELAYANI.