Kali ini saya tidak akan berpanjang lebar dengan barisan kalimat. Beberapa moment yang saya rasa ini sudah mulai "biasa" mereka lakukan di kelas maupun di luar kelas. Dan entah mengapa, saya sangat menyukai manakala mereka asik dengan dunia anaknya sambil sesekali saling beradu argumen dan memerintah satu sama lain.
Showing posts with label celoteh. Show all posts
Sate Ayam Boncel
August 13, 2012
Sate ayam
BONCEL ini adalah masakan mak
lhegender yang pernah saya sajikan bersama teman-teman kuliah saya. Ini
bukanlah sebuah acara perlombaan seperti master
cheff atau pesanan chatering, tetapi ini adalah saat dimana saya dan
teman-teman segerombolan saya merasa jenuh dengan menu anak kos. Tiap hari
santapannya soto, tempe penyet, paling keren ya nasi goreng. Berawal dari ide
saya kepada teman-teman “eh yok patungan
sepuluhribuan buat beli daging ayam dan bumbunya. Kita masak sate ayam”. Ibarat
sebuah penantian cinta, ajakan saya disambut manis dengan teman-teman yang saat
itu ada 11 kepala.
Mendikte Anak?
June 10, 2012

Waktu kecil
pernah nggak kita mengikuti sebuah lomba mewarnai?
Atau waktu
kita sekolah dulu bapak ibu guru pernah ngajari kita mewarnai?
Kalau masih
ingat pasti sering didengar dulu bapak ibu guru atau orang tua bilang “kalau
daun itu hijau, tanah itu coklat, awan itu biru, blablabla”. Sebagai pengalaman
saya dulu diarahkan seperti itu. Dan sampai saat ini masih melekat diotak saya
kata-kata seperti itu.
Bicara soal
seni dan salah satunya seni rupa, saya memang tidak jago. Tapi setidaknya saya
bisa dan mengerti sedikit mengenai hal itu. Disekitar kita kalau kita
perhatikan secara seksama alam itu tak melulu seperti apa yang dikatakan orang
tua saya. Saya sering menjumpai awan berwarna hitam, abu-abu, ungu, orange,
merah. Daun juga gak melulu hijau dan tanah juga gak melulu coklat. Pesan saya
adalah jika kita mengajarkan hal kepada anak, bebaskan mereka berekspresi
sesuai dengan perkembangannya.
Sebuah hal
yang saya pelajari hari ini saat penyelenggaraan lomba mewarnai tadi, banyak
diantara anak-anak yang berbakat mewarnai dan menggambar harus terhalang dengan
kata diskualifikasi. Disayangkan memang, karena disitu saya dan teman-teman
panitia terutama sie acara menemukan beberapa orang tua khususnya ibu ikut
andil dalam kreasi si anak. Si ibu mendikte anak “daunnya ijo dek, langitnya
biru, bajunya itu nanti kuning, goresannya kurang tebel” dan seperti itulah. Tentu
dalam peraturan lomba orang tua dilarang membantu anak, tapi mungkin ini
pemikiran si orang tua bahwa “anakku harus juara” namun yang ada anaknya malah
menjadi korban. Dalam lomba tentu sportifitas harus dijaga, dan tata tertib ada
bukan untuk dilanggar.
Saya hanya
ingin berpesan kepada para Bunda hebat di negeri ini. Terkesan sok tau tapi
saya juga harus belajar bahwa anak-anak itu unik. Akan sangat berdosa kalau
kita menyamaratakan anak-anak yang kita hadapi. Mereka memiliki keunikan
masing-masing. Begitupula dengan bakat anak pasti juga berbeda. Jangan dikte
mereka untuk menjadi apa yang kita (orang tua) mau, tapi tuntun mereka menjadi
apa yang mereka mau dan cita-citakan. Kata leader saya Hargai anak-anak sekecil
apapun dengan begitu dirinya akan merasa orang-orang disekitarnya menyayangi
dan memperhatikannya.
Sedikit dari saya untuk orang tua hebat di negeri ini..Semoga bermanfaat :)
Benar Benar Mahal
June 2, 2012
Menjelang ujian kenaikan kelas tingkat SD
saya gencar mengadakan latihan ulangan harian. Gunanya apa, saya ingin
membekali mereka dan kembali mengulas pelajaran yang sudah lalu. Pas giliran
pelajaran IPA saya memberikan 10 soal di papan tulis. Dan mereka harus
mengerjakan di buku tumpukan bersampul coklat itu. Sengaja memang saya beri
materi yang bersifat umum agar pengetahuan mereka bertambah juga.
Di papan tulis terdapat soal seperti ini “Pemerintah
saat ini sedang mengadakan sosialisasi penghematan BBM. Apakah kepanjangan dari
BBM?” dan ternyata gegerlah
seisi kelas itu “aduh, opo yo BBM kui?” selang berapa saat ada yang nyeletuk “kui
lho belekberimesengger” dan yang lain
menjawab “kui kan hp to, ora kui” dan akhirnya ada yang bertanya kepada saya
yang masih menuliskan soal di papan tulis “maaf bu guru BBM itu apa re,
bu?” sambil menahan tawa sayapun menjawab “maaf ya anak-anak, kalau ibu jawab sekarang
namanya bukan latihan ulangan. Coba ya dikerjakan sebisa anak-anak dulu baru
nanti kita bahas, OK!” serentak mereka menjawab OK dan suasana kelas menjadi
sedikit hening.
Sekitar 35 menit saya memberi waktu mereka
untuk mengerjakan 10 soal IPA itu. Dan tibalah saatnya untuk mencocokkan dan
saya melatih kejujuran mereka dengan mencocokan pekerjaan sendiri. Satu per
satu pertanyaan dijawab dengan mulus oleh anak-anak. Nah, tiba di soal “Pemerintah
saat ini sedang mengadakan sosialisasi penghematan BBM. Apakah kepanjangan dari
BBM?” saya tak kuasa untuk
tertawa lepas dihadapan anak-anak. “hayo anak-anak kepanjangan dari BBM adalah…”
seorang anak cerdas bernama Arinta menjawab dengan lantang “Benar Benar Mahal, bu
guru” langsung saya kroscek “nak, kamu mendapat jawaban itu dari mana?” alhasil
sebuah rasa bangga menyeruak di dada saya. Anak itu menjawab “saya nyari
sendiri bu, ya gabung-gabungin kata begitu terus dapetnya ya Benar Benar Mahal,
kan pas di TV ada demo tulisannya juga kayak gitu”.
Geli rasanya mendengar penjelasan Arinta,
tapi bagaimana lagi itu jawaban super seorang anak kelas 2 SD loh. Dengan
sedikit menahan tawa saya menjelaskan dengan pancingan-pancingan contoh dari
BBM itu. Dan akhirnya ada anak yang menjawab “BBM itu Bahan Bakar Minyak bukan
sih buk? Kok itu contohnya ada bensin, solar.” Akhirnya penjelasan dari saya
berbuah manis. Saya pun menjelaskan “jadi anak-anak BBM itu singkatan dari Bahan
Bakar Minyak yang sekarang ini memang harganya Benar Benar Mahal. Diingat-ingat
ya BBM itu adalah…” serempak mereka menjawab Bahan Bakar Minyak. Sambil berlalu saya pun menjawab Bahan bakar minyak
yang benar benar mahal. Dan riuh tawa mereka menghiasi kelas yang hari itu
disibukan dengan latihan ulangan harian.
****
Lalu, apa kepanjangan BBM menurut teman-teman?
Subscribe to:
Posts (Atom)