Edited by Chela. Powered by Blogger.
Showing posts with label kontes. Show all posts

Persiapkan Generasi Platinum Besama BMD Chil-Go!



di Tag artis lho


Kemarin facebook saya mendapatkan notifikasi dari Sarwendah yang menantang saya untuk mengikuti Program Bekal Masa Depan Chil-Go. Segera saya menuju ke websitenya dan ternyata hadiah utama berupa dana pendidikan senilai 3 milyar. Siapa yang gak mupeng coba.


Agar Tanggal Tua Tetap Bahagia


Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.

mataharimall-kompetisi



#CurhatanRasa Masakan Pertamaku

Sebelum menikah dulu saya memiliki sederet impian salah satunya jadi istri yang dicintai suami dan jadi koki hebat buat anak-anak. Lha yang jadi masalah adalah saya belum pinter masak bahkan masuk dalam kategori nggak bisa. Salah saya sendiri sih kurang akrab dengan dapur. Paling ke dapur kalau mau masak mie instan, goreng telur, atau rebus air. Kalaupun ibu masak paling cuma bantu potong-potong aja. Imbasnya adalah sebelum menikah saya minder untuk urusan memasak. Ditengah kegalauan persiapan pernikahan pernah saya ngomong ke calon suami saat itu "mas, maaf aku belum bisa masak", saya pikir si mas akan berubah pikiran dan mencari wanita lain yang pinter masak tapi jawabannya sih bikin nyes juga dihati. Singkat dan masih saya ingat sampai sekarang "nggak apa-apa, nanti kan pelan-pelan sambil belajar." ihir!!!!!!!!! akhirnya saya jadi di nikahin. hahaha....

Teknologi Pintar Honda Selalu Menjadi Pilihan Keluarga

Dulu banyak orang bilang kalau motor masuk dalam kategori barang mewah. Seperti yang kita tahu kepemilikan akan kendaraan bermotor bisa dihitung dengan jari. Sekarang? Dunia semakin berkembang, jaman semakin maju bahkan teknologi selalu berinovasi. Bukan hal baru lagi jika banyak iklan di televisi menawarkan berbagai inovasi tercanggih yang diterapkan dalam kendaraan bermotor, bahkan untuk mendapatkan motor barupun sekarang sangat mudah. Padahal kita tahu bbm sekarang naik lagi, jadi pintar-pintarnya kita memilih motor yang canggih tapi irit.

Dibalik Sikap Ibu

Ibuku tidak tamat SD, tetapi beliau adalah sosok yang sangat luar biasa bagi saya. Mungkin untuk menyadari bahwa beliau adalah sosok yang luar biasa sangatlah terlambat, karena memang ada jarak antara saya dengan ibu. Bahkan yang menyadarkan saya bahwa ibu itu segalanya adalah ruang yang menyeramkan yang bernama ICU. Ah ya, aku tak ingin ibu berada di tempat itu lagi.

Dengan kesederhanaan yang dimiliki, beliau mendidik dengan caranya yang keras dan disiplin bersama bapak. Bagiku sosok ibu sangat galak, tidak mau menuruti apa yang saya mau dan kolot. Tetapi didikan ibu memang terasa ketika saya sudah beranjak dewasa dan secara otomatis saya memaklumi mengapa ibu bersikap seperti itu.

Suatu hari sepulang sekolah, ibu mengayuh sepeda dibawah teriknya matahari. Berbagi boncengan dengan saya  yang kala itu masih mengenakan seragam taman kanak-kanak. Sepanjang perjalanan ibu mengajari saya bernyanyi dan berhitung, mungkin agar saya tidak merasakan panasnya matahari dan panasnya pantat karena lama berboncengan. Rutinitas itu dikerjakan ibu setiap hari selama saya sekolah TK, jarak yang cukup jauh tidak menyurutkan semangatnya untuk menyekolahkan dan mengantar jemput saya. Bagi ibu, pendidikan adalah hal yang sangat penting. “Ibu nggak lulus SD, tapi anak-anak ibu harus bisa sekolah setinggi-tingginya” begitulah prinsip yang beliau pegang.  Alhamdulillah dengan segala ikhtiar dan prihatin bersama bapak, jenjang demi jenjang pendidikan bisa saya dan mbak selesaikan. Sering ibu bercerita bahwa jika perempuan itu pintar maka nantinya akan bisa mandiri tanpa harus menggantungkan orang lain termasuk suami, bahkan jika memiliki pendidikan yang tinggi perempuan tidak akan diremehkan laki-laki. “Biar saja ibu yang bodoh nggak sekolah, tapi ibu harap anak-anak ibu bisa jadi orang yang pintar” begitu pesan beliau sampai sekarang. Dari ini aku belajar bahwa beliau ingin anaknya kelak menjadi orang yang sukses dengan bersekolah.

Cerita lain, dikala saya duduk di bangku SMA dan menikmati indahnya masa putih abu-abu. Masa dimana gejolak kawula muda sangat menggebu-gebu. Bagiku masa SMA tak seindah anak-anak yang lain, mereka bisa merasakan pergi bersama teman-temannya sampai malam, merasakan enaknya jatuh cinta dengan teman sekelas atau kakak kelas atau bahkan adik kelas, atau bahkan menikmati malam minggu dengan berkumpul-kumpul. Ibu adalah satpam yang paling menyeramkan, beliau disiplin dalam menerapkan peraturan jam belajar dan jam malam dirumah. Bahkan sampai tamu laki-laki pun dia sangatlah membatasi atau bahkan tidak ada yang berani datang kerumah. Karena bagi ibu, belum saatnya aku menerima tamu laki-laki dan bahkan merasakan yang namanya pacaran. Ketakutan ibu saat itu adalah karena pergaulan waktu itu cukup rentan dengan kenakalan remaja, ibu takut jika sekolah saya tidak lulus karena kenakalan remaja yang disebut hamil diluar nikah. Ah… sering sekali konflik dengan ibu dan merasa “kenapa ibu tidak pernah percaya denganku?”. Sama halnya dengan yang diterapkan dalam mendidik mbak kala itu, saat aku curhat dengan mbak dia hanya bilang “ibu memang begitu, nurut saja sebenarnya ibu sayang dan ingin menjaga anak-anaknya agar tidak salah dalam pergaulan”. Ya, setelah dewasa sayapun sadar bahwa anak perempuan itu memang butuh proteksi yang luar biasa tentu dibarengi dengan kepercayaan.

Kisah lain adalah ketika ibu sedang bertengkar dengan bapak. Jika dipikir-pikir biang keroknya saya. Pagi itu, masih terlalu pagi menurut saya. Ibu menggedor-gedor pintu kamarku, karena masih ngantuk sayapun malas-malasan untuk membuka. Begitu pintu kamar terbuka sebuah tamparan mendapat dipipi saya. Nangis seketika itu! Dan ibu memperlihatkan sebuah kertas yang malam itu seingat saya tertulis ungkapan kekesalan saya dengan ibu dan bapak. Mungkin karena saya merasa kurang diperhatikan, kurang disayang, dan saat itu meminta sesuatu namun cara saya salah. Merasa tidak terima saya ditampar bapak langsung memarahi ibu dan akhirnya adu mulut terjadi, saya hanya diam sambil menangis. Perkataan ibu yang saya ingat adalah “aku nggak mau punya anak manja yang apa-apa harus selalu dituruti! Kelak dia jadi orang tua dan hidup mandiri, jadi dia harus belajar menghargai orang tuanya”. Pertengkaran pagi itu, sampai sekarang masih sering terlintas diingatan dan jujur saya menyesal karena keegoisan saya telah melukai ibu kala itu. Jujur tamparan itu bikin kapok!

Ibu mengajari saya dengan jutaan teladan yang tidak bisa saya ceritakan semuanya. Ya, dibalik kerasnya ibu beliau selalu ingin mengajarkan dan memberikan yang terbaik sebagai bekal dikehidupan nanti. Ada satu pesan yang sering beliau katakan kepada saya “jika ibu nggak ada nanti, ibu minta sama mbak yang akur karena bagaimanapun juga mbak nantinya yang akan menjadi seperti ibu untuk kamu”. Dan saya nangis bombai mengetik ini semua, betapa nakalnya saya merasa tidak terima dengan cara mendidik ibu.


Hatinya selembut kapas namun ditutupi dengan sikap keras dan displin, hatinya penuh dengan lautan maaf terhadap semua kenakalanku, sempat hatinya penuh curiga dengan teman lelakiku yang membuatku enggan belajar, bahkan hatinya penuh dengan keikhlasan hidup sederhana demi kesuksesan pendidikan anak. Seperti yang saya katakan diawal, saya terlambat menyadari bahwa ibu adalah segala-galanya. Mungkin jika ibu tidak berada diruang ICU itu aku masih mengedepankan egoku demi kesenangan saya. Pelukannya sepulang dari tanah suci, dan bau tubuhnya yang penuh balsem kala itu menyadarkan saya bahwa tanpa ibu dan bahkan bapak saya tidak akan menjadi seperti saat ini. Bekal ibu untuk saya nanti sudah terlalu banyak atau bahkan kurang, namun saya yakin ibu sudah memberi yang ter ter terbaik. Ya, seluas samudra pun mungkin tidak akan bisa mewakili hati ibuku, karena ibuku luar biasa! Terima kasih bu untuk semua kasih sayangmu selama ini, terimakasih juga kau pilihkan calon suami untukku. 


Rukun Agawe Santosa Crah Agawe Bubrah

Aku teringat tentang cerita guru SDku sewaktu duduk di kelas dua dulu. Bahwa jaman dulu sering ada kegiatan bersama-sama di desanya untuk membersihkan lingkungan yang biasa disebut gugur gunung. Selain itu ada juga acara “sambatan” dimana para bapak bahu -membahu mendirikan rumah warga. Bisa dikatakan itu adalah tradisi yang sampai saat ini mungkin masih berlaku. Kalau di desaku masih ada tapi entah kalau di desa lain.

Bersama Prabowo, Indonesia Bangkit!

Saya sudah capek dan lelah ketika banyak rakyat Indonesia seolah-olah membenci negaranya sendiri. Banyak yang mengatakan negeri ini sudah hancur, kasus korupsi dimana-mana, rakyat tidak makmur, bahkan pendidikan sangat mahal. Sering juga lihat di berita pertikaian antar suku, etnis agama, teror bom dimana-mana. Hatiku miris, inikah Indonesiaku?

Live Tiles di Nokia Lumiaku

Selama ini aku memang pemakai android. Gegara ada muridku yang sekarang udah SMP dia itu update banget soal IT (gurunya sampai kalah) dan sering bahas soal windows phone, akupun jadi penasaran. Kutanya deh dia pakai hp apa, dan begitu ditunjukin hp nya ternyata muridku yang bernama Beno itu dia pakai Nokia Lumia 1520. 

Saya Bangga Jadi Guru Untuk Indonesia

bersama mereka, kami untuk Indonesia
Seneng deh setiap hari senin sampai sabtu saya melihat mereka. Semangat mereka untuk belajar meskipun kami berada dalam lingkup serba sederhana. Sarana prasarana belajar yang sederhana, tapi saya berhasil membawa mereka memiliki mimpi yang lebih dari sederhana. Belum lagi ketika saya bertanya tentang negeri yang mereka cintai serempak anak-anakku bilang Indonesia. Rasanya, memang saya bangga menjadi anak negeri yang katanya negeri paling kaya, baik itu kekayaan alamnya, budaya, agama, sampai suku dan ras.

Pesan Sederhana

Cintanya sangat sederhana, sesederhana pribadinya. Tak pernah menuntut apa-apa dari bapak, bahkan di kehidupannya saat ini beliau cuma ingin membahagiakan keluarganya. Menikmati masa tuanya dengan bapak. Ibuku tak pandai soal gadget, SD saja tak lulus. Tapi Beliau memiliki cinta yang tak pernah lekang oleh waktu.

My First Journey: Aku, Temanku, dan Sepeda Baruku

Ini ceritaku dengan seorang sahabatku dari kecil. Namanya Ita, sedari kecil kita sering menghabiskan waktu bersama entah itu bermain, belajar, dan mengaji di madrasah sore. Bahkan kita sering disebut anak kembar. Kemana-mana berdua, baju hamper sama, sepeda sama, rambut juga sama-sama panjang, yang membedakan aku kurang pinter dan temanku Ita selalu jadi juara kelas. Hahaha..

Mbah Wignyo

mbah Wignyo
Namanya mbah Wignyo, lelaki lanjut usia yang masih segar bugar ini berusia sekitar 75 tahun. Setiap hari beliau datang ke sekolah menemani cucu semata wayangnya yang bernama Ilhan. Ilhan belum genap 6 tahun, dan masih ingat betul di awal tahun ajaran baru kemarin mbah Wignyo datang menemui ibu kepala sekolah dan memohon ijin agar cucunya bisa ikut di kelas 1. 

Bersama Seleb Blog Jogja



Tertawalah sebelum dilarang. Tawa dalam narsis di homestay 17 desa Tembi. Begini nih kalau kopdar, selalu membawa kebahagiaan tersendiri  apalagi BN2013 diadakan di Jogja, semakin kangen Jogja. Lumayan juga loh ketemu seleb blog dari Jogja, malahan foto narsis  bareng. Haha..makasih ya bang MF Abdullah
Jadikan narsis sebagai kebutuhan hidup. ahahaha...



Postingan ini diikutsertakan dalam kontes Narsisisasi ala Blogger Nusantara 2013 yang diadalan oleh Ria Lyzara.

Trainer dan Pecinta Alam

Siapa sih yang pengen saya temui di Kopdar Blogger Nusantara 2013?

Jawabannya:

Cowok kece dan ganteng pake kacamata!!
Suka banget bersedakep dan jargonnya itu eylekhan!!
Cewek cantik berlensung pipi dan pasangannya memiliki rambut gondrong.
Penikmat kopi.
Cinta banget dan peduli sama lingkungan.
Pinter memainkan kata, sampai-sampai setiap postingannya selalu saya imajinasikan untuk di filmkan.

Akulah Pemenangnya



Momment ini menurut saya sangat menyentuh diantara serangkaian acara Kopdar Blogger Nusantara 2013. Sekalipun hanya permainan biasa dan terlihat begitu mudah, namun bagi mereka  membutuhkan perjuangan untuk mampu menyelesaikan permainan itu. Kursi roda yang menggatikan peran kaki mereka. Apapun itu  menjadi pemenang bukanlah suatu hal yang dilarang bagi mereka, bukan? Karena pada hakikatnya, semua manusia memiliki hak yang sama. Salah satunya hak untuk dihargai meskipun mereka memiliki kebutuhan khusus dibanding manusia normal lainnya. Bersyukurlah, karena Tuhan menciptakan manusia itu secara adil.





Foto ini diikutsertakan dalam kontes Ekspresi Blogger Nusantara 2013 by SlameTux



salam saya






Bidadari Itu Ibuku

NAmpang GAya, BlOgger NARsis Cinta Ibu

Tema GA-nya asik banget nih. Sempet bingung karena ibu memang tipe orang yang kurang begitu narsis sebenarnya, jadi agak kesulitan buat nyari foto sama ibu. Setelah ngubek-ngubek file di lepi sama mmc si andro, akhirnya kutemukan juga fotoku bareng sama ibu. 

Nggak usah berlama-lama cekidot aja yukkk...

Proyek Monumental 2014 Ansambel Music Sederhana

gambar diambil di sini
Dibilang monumental sebenarnya sih masih dalam kategori sederhana. Saya bosan ketika pembelajaran SBK hanya saya isi menyanyi, menggambar dan membuat prakarya. Dan bahkan sempat anak-anak sedikit protes ingin mencoba sesuatu yang baru. Oke setelah memutar otak dan melihat program pembelajaran semester genap, saya menemukan sebuah ide yang biasa saja bagi saya tapi bagi anak-anak ini adalah sesuatu yang baru.Tentunya rencana saya kali ini tidak melenceng jauh dari standar kompetensi yang sudah ditetapkan dalam kurikulum. Kebetulan sekolah saya masih menggunakan kurikulum KTSP. 

Srikandi-nya Mereka itu Aku

Sebuah tantangan bagi saya ketika saya yang belum menjadi ibu harus terjun ditengah-tengah mereka. Sosok perempuan yang dimata mereka adalah ibu ketika di sekolah. Dan dari pemikiran polos mereka banyak hal yang tidak mereka mengerti dengan bertanya kepada saya "bu, aku nggak bisa?"

Sudah menjadi hal umum ketika seorang perempuan menjadi seorang pendidik. Karena dirumahpun pendidikan pertama kali didapat dari seorang perempuan yang biasa kita panggil ibu. Tak ada salahnya jika dengan segenap hati mencurahkan sebagian waktu untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui anak-anak di jenjang pendidikan dasar. Seberapa pun upah yang didapat itu tidak sebanding dengan apa yang dicapai oleh anak didik kita saat mereka meraih kesuksesan walau hanya dengan kata "terimakasih". Dan jika dilakukan dengan ketulusan maka akan memuliakan orang-orang yang ada disekitar kita.

 "Perempuan hebat adalah yang bisa mendidik anaknya dengan baik, bisa menyelesaikan tanggung jawabnya di rumah, dan bisa menjadi ayoman bagi orang lain. (red:bapak)"

disela-sela pelajaran Bahasa Indonesia


Foto ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Sehari Menjadi Srikandi

Cintamu Sederhana

Sayang
Entah dengan apa aku lukiskan dirimu
Kesetiaanmu, kesabaranmu, dan pengertianmu
Pelengkap apa yang tak ada dalam diriku

Aku mencintaimu
Secara sederhana
Sesederhana kau mengindahkanku
Sebagai wanita pengisi hatimu

Sayang
Aku tak butuh mobil berharga milyaran
Tak butuh juga rumah bertingkat delapan
Ku hanya  butuh dirimu dan cintamu yang sederhana






Belajar Secara Nyata

Melihat dan memperhatikan usia dan tahapan perkembangan anak tentunya sangatlah dibutuhkan bagi seorang pengajar. Seperti yang sahabat blogger saya bilang “anak-anak itu memang seperti spons, apalagi anak kelas 2. Mereka akan menyerap sebanyak-banyaknya dari apa yang kita ajarkan”. Secara tidak langsung kita sebagai guru adalah role mode bagi anak-anak.
 
Hal ini saya jumpai sendiri disaat saya mengajarkan konsep operasi bilangan yaitu perkalian dan pembagian. Begitu saya menerangkan anaka-anak terlihat memahami materi perkalian saat itu. Namun ketika saya uji dengan sebuah soal yang ada hasil dari 2 x 1 = 3 bukan 2 x 1 = 2. Saya memaklumi itu karena saya rasa bahasa saya terlalu sulit dipahami mereka. Sayapun teringat pesan dosen saya Pak Yustinus masternya matematika. Beliau pernah berpesan “ anak-anak itu berpemikiran konkret, artinya mereka membutuhkan bendanya langsung atau bantuan berupa gambar. Kalau kalian mengajar hanya dengan tulisan atau omongan saja pasti  akan lebih mudah  lupa”. Akhirnya saya siasati untuk mengajarkan ulang konsep perkalian itu. Saya meminta salah satu anak yang bernama Galih untuk maju ke depan kelas. Teman-teman yang lain saya suruh untuk memperhatikan setiap anggota tubuh Galih. Disini saya menekankan pembelajaran tematik dengan tema anggota tubuhku. Saya meminta anak untuk menyebutkan ada berapa mata Galih, hidung, mulut, telinga, tangan,dan seterusnya. Kemudian saya meminta Arinta untuk menemani Galih maju ke depan kelas. Pertanyaan saya rubah “ada berapa mata mereka?” riuh mereka menjawab “empat, bu guru” dan sayapun kembali menanyakan “darimanakah empat itu, anak-anak?” salah seorang dari mereka menjawab “matanya arinta ada 2 dan matanya Galih ada 2. Jadi semua ada 4”. 
Nah, dari anggota tubuh galih dan Arinta itulah saya menekankan konsep perkalian yaitu penjumlahan bilangan secara berulang. Jadi jika 2 x 1 = 2 maka mereka mengerti karena saat itu Galih sedang berdiri sendiri jadi dengan melihat jumlah mata Galih. Dan jika 2 x 2 = 4 maka anak akan mendapatkan konsep dari jumlah mata Galih ditambah jumlah mata Arinta. Jadi 2 x 2 = 2 + 2 = 4.

 
 Pernah saya menemukan seorang anak yang bernama Tama belajar mengerjakan pembagian. Dia membuat garis-garis yang dia sebut jiting (lidi). Begitu saya tanya “dari mana kamu dapat cara itu nak?” dan dia menjawab “ibu ngajari saya dirumah pake jiting bu, terus kalau di sekolah saya disuruh gambar jiting itu. Biar hitungnya nanti gampang”. Super sekali dan sayapun menularkan ilmu anak itu kebetulan waktu kecil bapak mengajarkan saya juga sama dengan cara ibu Tama. Alhasil sampai kemarin pelaksanaan UKK mapel Matematika anak-anak dikelas menerapkan cara jiting itu. 
cara jiting ala Tama
 Sedikit dari saya bahwa pertama yang harus kita ajarkan kepada anak adalah dengan memberikan gambaran nyata dari konsep yang akan diajarkan. Menerapkan Teori Bruner dalam konsep pembelajaran matematika adalah anak itu memiliki 3 tahapan yaitu Tahap Enaktif dalam tahapan ini anak akan mengotak atik objek dan anak akan mengasah keaktifannya dalam mengenali objek. Tahap Ikonik dimana suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif dan Tahap Simbolik dimana anak sudah memaipulasi dari objek yang mereka serap dalam dua tahapan sebelumnya.

Semoga artikel tanggapan ini bermanfaat bagi sahabat semuanya.

Artikel  ini untuk menanggapi artikel BlogCamp berjudul "Cara Mengajar dan Melatih Yang Membumi" tanggal 14 Juni 2012

Salam  -Si Guru Kecil-