Bekal Masa Depan Chil-Go! Si Kinestetik Mau Jadi Dokter - Umumnya setiap anak jika ditanya
soal cita-cita pasti yang jadi favorit adalah antara dokter, insinyur, dan
pilot. Begitu juga Keisha keponakan saya, si anak kinestetik ini sering banget
bilang keinginannya untuk menjadi dokter. Soal alasan sih dia bilang mau
sering-sering periksa mbah Uti yang sakit. Bahkan dalam bermainpun dia selalu
memerankan peran sebagai seorang dokter. Namanya cucu pasti teriring doa dari
simbah agar kelak dia beneran jadi dokter.
Showing posts with label kontes blog. Show all posts
Pemanfaatan Teknologi Untuk Pembelajaran
November 5, 2014
![]() |
laptopnya beramai-ramai |
Label:
aktif,
Indonesia,
kontes blog,
kreatif,
menyenangkan,
pembelajaran,
terdidik,
TIK
Hi England, Here I Come!!!!
May 28, 2014
Latihan Yuk! di Aplikasi Anak Cerdas
May 2, 2014
Dunia anak adalah dunia bermain dan
belajar. Apalagi sekarang kemajuan IT memanjakan anak-anak dengan gadget keren
macam tablet. Bukan hal yang aneh ketika anak
jaman sekarang begitu lihai memainkan jemarinya dilayar tablet. Bisa dikatakan mereka asyik bermain game, bahkan tak jarang
kalau anak sudah nyantol dengan tablet pastilah
gak mau jauh-jauh. Efeknya sih mungkin anak akan malas membuka buku untuk
belajar. Karena lebih asyik pakai ipad tentunya. Ya gak?
Indonesia Hebat Melalui Peran Guru
April 1, 2014
berkibar di perahu nelayan. |
Saya selalu
merinding setiap upacara di hari senin melihat bendera merah putih dikibarkan
dengan iringan paduan suara khas anak-anak dan lagu Indonesia Raya. Melihat
mereka berseragam putih merah lengkap dengan dasi dan topi. Berdiri tegak walau
matahari menyengat (yang seharusnya sebagai cambuk yang
mengingatkan kita tentang kecintaan kita kepada ibu pertiwi, tanah air kita
yaitu Indonesia), memberi hormat meski saya yakin diantara mereka belum memahami apa
arti dari penghormatan itu, mendengarkan pembacaan pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya mengandung 4 tujuan bangsa Indonesia, menirukan pembacaan pancasila
secara serempak, dan mendengarkan amanah dari Pembina upacara. Itulah fenomena
setiap hari senin saat saya menjadi seorang siswa dan kini menjadi seorang
guru.
Pandangan Pertama Kehidupan di Dalam Rahim
January 17, 2013
Sabtu, 26 Oktober 2012
Pukul 17.00 waktu kota Semarang, saya bersama mbak dan suami beserta kedua anaknya memasuki sebuah rumah sakit ibu dan anak di sekitar Pandanaran. Memang saat itu jadwal mbak untuk periksa. Berawal dari sebuah kehamilan yang tidak ia duga, Allah mempercayakan mbak untuk mengandung anak ke tiga. Senang tiada tara mendengar mbak saya hamil, itu berarti saya akan punya keponakan lagi. Dan sore itu saya menyempatkan diri untuk mengantar mbak bertemu pak dokter ganteng spesialis kandungan. *tetep ya genit*
Harapanku Untuk PLN
October 12, 2012
Bila malam hari tiba, rumahku akan menjadi gelap tanpa ada listrik. Masih lekat dalam ingatan tentang cerita ibu jaman dulu kalau malam hanya ditemani sebuah lampu uplik/sentir untuk menerangi seluruh ruangan rumah. Lampu minyak itu menghasilkan jelaga (angus) yang bisa membuat dinding, atap, maupun lubang hidung menjadi hitam. Dulu juga bapak menerangi tumpukan kerjaanya dengan lampu minyak. Betapa gelapnya ketika itu. Saat dimana listrik belum menyapa rumah kami.
Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran
October 5, 2012
Masih segar sekali dalam ingatan, minggu lalu baik di koran maupun televisi selalu memberitakan tentang tawuran antar pelajar. Miris sekali bagi saya, masa muda yang seharusnya mereka isi dengan mengukir prestasi justru diwarnai dengan saling adu kekuatan bahkan sok jagoan untuk menunjukkan "ini lho aku". Taruhan terburuk adalah nyawa melayang. Generasi muda yang harusnya menjadi penentu perubahan bangsa, mengapa mereka justru anarkis seperti itu?
Aku dan Al-qur'anku : Gagal Qatam
September 9, 2012
Allah pangeranku
Muhammad nabiku
Islam agamaku
Kitab Qur'an panutanku
Begitulah kiranya pujian solawatan yang kerap saya dengar di mushola samping rumah. Biasanya solawatan tersebut dilantunkan oleh suara khas anak tetangga yang masih duduk di bangku SD. Dan solawatan itulah yang jadi favorit saya. Lirik sederhana dan mengena banget dihati.
Sate Ayam Boncel
August 13, 2012
Sate ayam
BONCEL ini adalah masakan mak
lhegender yang pernah saya sajikan bersama teman-teman kuliah saya. Ini
bukanlah sebuah acara perlombaan seperti master
cheff atau pesanan chatering, tetapi ini adalah saat dimana saya dan
teman-teman segerombolan saya merasa jenuh dengan menu anak kos. Tiap hari
santapannya soto, tempe penyet, paling keren ya nasi goreng. Berawal dari ide
saya kepada teman-teman “eh yok patungan
sepuluhribuan buat beli daging ayam dan bumbunya. Kita masak sate ayam”. Ibarat
sebuah penantian cinta, ajakan saya disambut manis dengan teman-teman yang saat
itu ada 11 kepala.
3 Kata Ajaib
May 27, 2012
Pernah ndak sih kita mengucapkan maaf sekalipun tidak
melakukan kesalahan?
Seberapa sering kita meminta tolong dengan teman,
orang tua, atau orang lain?
Seberapa sering pula kita mengucapkan terimakasih
meskipun hanya dalam hal kecil?
Saya sedang belajar 3 hal ini. Terdengar sangat
sederhana tapi maknanya sungguh luar biasa. Dan saya menyebutnya tiga kata
ajaib. Dan ajaibnya juga kata-kata sederhana ini bisa merubah sesuatu yang bisa
dikatakan susah menjadi gampang (menurut saya).
Dan tiga kata ajaib itu mungkin sudah tidak asing lagi
bagi teman-teman, diantaranya :
- Maaf
Mungkin orang akan mengucapkan maaf
jika telah melakukan kesalahan atau mengucapkan maaf kalau saat lebaran. Tapi
saat dicoba misalnya dalam kondisi di kelas jika anak-anak sedang gaduh, saya bilang ke
anak-anak “maaf ya anak-anak, ini pelajaran. Kalau anak-anak ramai nanti kakak
kelas kalian akan terganggu.” Bisa dikatakan sebuah teguran namun cenderung
lebih halus. Dan anak-anak bisa dengan mudah menerima itu. Sederhana bukan?
- Tolong
Sering kita lupa kalau kita
menyuruh orang itu dengan kata-kata yang langsung to the point. Misalnya “eh, ambilin bukuku donk di meja.” Atau sebelum
saya mengenal satu diantara kata ajaib ini saya dengan leluasa berkata “diam anak-anak, perhatikan pelajarannya!!”
dan yang terjadi malah kacau suasana kelasnya. Kemudian perkataan itu saya
rubah “ anak-anak, ibu guru boleh minta tolong tidak? Kalau anak-anak ramai
nanti pelajarannya gak bisa diterima,lho.” atau “Nak Tama, tolong ibu bacakan
halaman 59 buku paket bahasa indonesianya.” Terdengar lebih enak bukan?
- Terimakasih
“Kalau dikasih hadiah orang
bilang nya apa dik? makacih ya”. Sering
saya menjumpai anak-anak kecil yang masih imut mengatakan kata “makacih” nya
itu. Pernah saya menyuruh seorang murid saya dan setelah itu saya mengucapkan
terimakasih kepadanya. Dia bertanya “kenapa ibu selalu bilang terimakasih kalau
habis minta tolong saya?” pertanyaan yang luar biasa menurut saya. Sayapun menjawab
“itu sebuah penghargaan kepada kamu nak, karena sudah mau menolong ibu.” Sekecil
apapun perbuatan itu saya berusaha menekankan untuk selalu mengucapkan
terimakasih. Misalnya dipinjami pensil, menjadi “guru” saat belajar dengan
model tutor teman sebaya, atau hal apapun kata terimakasih tidak boleh lupa
diucapkan. Dari kata itu kita bisa mengajarkan menghargai orang lain bukan?
Mungkin 3 kata ajaib ini
masih dalam tahapan belajar dan menerapkan. Jika kita cermati, globalisasi yang
sedang terjadi saat ini menggerus beberapa hal yang dulu sangat kental dengan rakyat
kita. Kesopanan, sekarang ini menjadi sedikit langka dimata saya. Pandangan saya
melihat sekarang ini anak-anak cenderung cuek dan kurang menghargai. Kalau kita
ingin berubah, Negara kita bisa bangkit siapa lagi kalau bukan diajarkan kepada
anak-anak kita?
3 kata ajaib itu bagi saya
sederhana, namun ketika kita menerapkannya satu hal yang awalnya dirasa sepele
bisa berubah menjadi menyenangkan. Kita bisa belajar menjadi seorang pemilah
kata yang baik, belajar mengatakan sesuatu dari hati ke hati dan penuh
kelembutan,dan tentunya sebuah rasa sopan dalam berkata bisa kita pelajari dari
3 kata ajaib ini.
Saya rasa ini bukan hal baru
bagi teman-teman, tapi mungkin kita kurang menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Mungkin sudah berusaha menerapkan salah satu diantaranya atau
bahkan sudah ada yang biasa menerapkan ketiganya? Luar biasa bukan.. Mari kita
bangkitkan Negeri kita dengan kesopanan yang sudah mulai luntur dengan 3 kata
ajaib itu.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bangkit di BlogCamp
Sang Pemimpi Pendidikan
November 18, 2010
Pendidikan itu bagi saya merupakan hal yang sangat penting. Kenapa? karena dengan pendidikan kita akan tahu bagaimana "Dunia" itu. Ya, dengan pendidikan kita bisa menjadi orang yang sekiranya dikatakan sukses. Dalam mengenyam dunia pendidikan tentu tak semulus jalanan di ibukota. Penuh liku-liku dan segenap perjuangan demi meraih mimpi. Berpegang pada kata mutiara dari sang maestro Novel Indonesia Andrea Hirata "bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpimu itu". Bisa dikatakan saya memang orang yang suka bermimpi. Tak terlalu tinggi namun dengan adanya mimpi itu, diri saya bisa termotivasi untuk mencari pendidikan samapai kapanpun. Entah itu belajar dari orang lain maupun di lingkungan kampus.
Selama kurang lebih hampir setahun ini, dalam hal pendidikan masih banyak yang harus saya evaluasi. Entah dari mana asalnya banyak sekali hal yang meurut saya unik. Dan dari hal-hal yang sudah saya alami itu, saat ini saya bisa mengatakan "saya memiliki pribadi bahkan sejuta mimpi yang unik". Kenapa begitu? Begini ulasannya...
Awal tahun 2010 saya bersama teman-teman berhasil menyelenggarakan seminar yang bertajuk Stop Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan. Ya, kenapa bertemakan seperti itu? karena dalam dunia pendidikan Indonesia sangat diwarnai dengan kekerasan terhadap anak. So, saya dan teman-teman berinisiatif menggelar acara seminar tersebut. Dan nilai plus bagi saya dan teman-teman adalah seminar tersebut dimuat dalam beberapa harian di sekitar kota. Jarang sekali acara PGSD dimuat dalam harian kota. "Sebuah apresiasi yang bagus dan perjuangan yang sangat bagus dari panitia" begitu komentar dari salah satu peserta yang ikut seminar itu. Dari itu saya belajar mengenai bagaimana bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Karena itu merupakan kepanitiaan pertama kali yang saya ikuti.
Kemudian saya melanjutkan aktifitas saya sebagai mahasiswa biasa. Hanya masih menyelesaiakan beberapa laporan. Namun saat itu saya menghadapi kendala bahwa rasa malas selalu menggelayuti saya. Ok.. ini yang dinamakan penyakit pelajar Indonesia. Malas.... lalu bagaimana cara saya untuk tidak malas? Saya meyakinkan diri saya " saya punya mimpi. Berjuta mimpi itu dalam benak saya, lalu bagaimana jika saya malas? haruskan mimpi itu terbuang sia-sia?". Memang bagi orang lain itu aneh, tapi bagi saya itu merupakan ramuan jitu untuk memerangi malas dalam diri saya.
Menjelang tengah semester atau bertepatan dengan tengah tahun saya berkecimpung dalam kegiatan Gebyar Budaya Indonesia. Lumayan sebagai panitia inti. Dengan keterlibatan saya dalam acara itu, saya belajar lagi untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Tak hanya dari suku jawa, tapi ini dari bermacam suku yag ada di Indonesia. Belajar berbagai karakter orang dan tidak semua karakteritu sama. Belajar bagaimana menyelesaikan tanggung jawab sekalipun harus mengirbankan waktu untuk tidak bertemu keluarga di Purwodadi. Ya, pengalaman baru saya dapatkan. Dan ini tentu tak dimiliki oleh sebagian teman-teman saya. Bangga? jelas lah.
Dan akhir semeter ini telah di depan mata. Saya berada pada semester 6. Cukup adikatakan sebagai angkatan tua bagi adik-adik tingkat saya. Dan dalam semester itu pula banyak diantara teman saya yang sering dibelakang saya terbilang menjatuhkan. Entah itu menjelekkan saya, mencari kelemahan saya. Saya masih berpegang teguh pada prisip saya "Hidupku bukan berdasarkan pada omongan orang. Niat saya untuk mencari ilmu. Suka atau tidak saya jika bagi saya itu benar maka akan saya lakukan". Bapaklah yang selalu memberikan wejangan untuk saya. Dan pesan dari ibu selalu saya ingat "biar ibu yang bodho tapi anak ibu harus sekolah sampai sarjana". Kejutan di akhir semester ini adalah Indeks Prestasi saya turun sekitar 0,5. Target awal untuk semester ini adalah 3,6 tapi target itu tidak saya dapatkan.
Apakah saya kecewa? jawabannya adalah YA. Karena saya merasa sudah semaksimal mungkin salam mengerjakan tugas. Bagaimana menyelesaikan tugas dan presentasi. Cukup membuat saya enggan lagi untuk memaksimalkan kuliah ini. Inilah kelemahan saya, sekali target yang saya tetapkan tidak terpenuhi saya pasti "nglokro" kalau orang jawa katakan. Atau istilah mudahnya putus asa. Karena bagi saya, ketika saya pulang ke rumah dengan membawa transkip nilai semester itu adalah sebuah kado kecil untuk orang tua. Pulang dengan membawa nilai setiap semester entah itu baik, cukup, atau mungkin kurang akan memberikan kesan tersendiri bagi orang tua. Dan senangnya ketika sebuah senyuman dan rasa bangga itu menghiasi diri Bapak dan Ibu saya.
Dan saat ini saya menjajaki semester 7 di Universitas Kristen Satya Wacana. Masih sebagai mahasiswa calon guru PGSD yang insyaallah pertengahan semester depan akan menyelesaikan study. Saat ini pula saya tengah melaksanakan kegiatan wajib sebagai bekal ketika terjun dilapangan nanti. PPL ( Program Pengalaman Lapangan) di SD Sidorejo Lor 1 Salatiga. Berangkat dengan ilmu yang pas, penampilan yang pas, nyali yang pas, dan semuanya serba pas. Melihat bagaimana respon murid-murid terhadap mahasiswa menjadikan yang tadinya saya ragu kini semakin bersemangat. Bermain dengan murid, belajar dengan murid, menjadi sahabat ketika diluar kelas. Menjadi seorang ibu ketika di dalam kelas. Menjadi panutan yang sangat mereka banggakan. Sesuai dengan yang dikatakan bapak "anak SD itu justru akan lebih percaya gurunya daripada orang tuanya. Atau gampangnya DEWA nya murid itu ya gurunya".
Dalam menjajaki semester 7 ini, beberapa kali saya mengalami beberapa kendala. Saya dikatakan sebagai penghianat manakala saya berbeda pendapat dengan keputusan teman-teman. Ini negara demokratis, beda pendapat bagi saya hal yang wajar asal kita bisa menempatkan dan bisa untuk menghargai. Ini sempat menjadikan diri saya down, tapi kembali dengan prinsip saya " menjadi BEDA itu bukan suatu masalah besar. Berani menjadi beda itu bagus asal tetap untuk menghargai yang lain". Dan solusinya adalah tetap staycool.
2010 akan segera mengakhiri diari pendidikanku yang penuh dengan mimpi. Selamat datang 2011 dan akan ku buka lembaran baru diari pendidikanku dan cita-citaku. Mengukir rentetan mimpi dalam benakku dan dengan penuh doa, harapan, dan usaha semoga mimpi itu akan segera terwujud di 2011 nanti.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.
Selama kurang lebih hampir setahun ini, dalam hal pendidikan masih banyak yang harus saya evaluasi. Entah dari mana asalnya banyak sekali hal yang meurut saya unik. Dan dari hal-hal yang sudah saya alami itu, saat ini saya bisa mengatakan "saya memiliki pribadi bahkan sejuta mimpi yang unik". Kenapa begitu? Begini ulasannya...
Awal tahun 2010 saya bersama teman-teman berhasil menyelenggarakan seminar yang bertajuk Stop Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan. Ya, kenapa bertemakan seperti itu? karena dalam dunia pendidikan Indonesia sangat diwarnai dengan kekerasan terhadap anak. So, saya dan teman-teman berinisiatif menggelar acara seminar tersebut. Dan nilai plus bagi saya dan teman-teman adalah seminar tersebut dimuat dalam beberapa harian di sekitar kota. Jarang sekali acara PGSD dimuat dalam harian kota. "Sebuah apresiasi yang bagus dan perjuangan yang sangat bagus dari panitia" begitu komentar dari salah satu peserta yang ikut seminar itu. Dari itu saya belajar mengenai bagaimana bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Karena itu merupakan kepanitiaan pertama kali yang saya ikuti.
Kemudian saya melanjutkan aktifitas saya sebagai mahasiswa biasa. Hanya masih menyelesaiakan beberapa laporan. Namun saat itu saya menghadapi kendala bahwa rasa malas selalu menggelayuti saya. Ok.. ini yang dinamakan penyakit pelajar Indonesia. Malas.... lalu bagaimana cara saya untuk tidak malas? Saya meyakinkan diri saya " saya punya mimpi. Berjuta mimpi itu dalam benak saya, lalu bagaimana jika saya malas? haruskan mimpi itu terbuang sia-sia?". Memang bagi orang lain itu aneh, tapi bagi saya itu merupakan ramuan jitu untuk memerangi malas dalam diri saya.
Menjelang tengah semester atau bertepatan dengan tengah tahun saya berkecimpung dalam kegiatan Gebyar Budaya Indonesia. Lumayan sebagai panitia inti. Dengan keterlibatan saya dalam acara itu, saya belajar lagi untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Tak hanya dari suku jawa, tapi ini dari bermacam suku yag ada di Indonesia. Belajar berbagai karakter orang dan tidak semua karakteritu sama. Belajar bagaimana menyelesaikan tanggung jawab sekalipun harus mengirbankan waktu untuk tidak bertemu keluarga di Purwodadi. Ya, pengalaman baru saya dapatkan. Dan ini tentu tak dimiliki oleh sebagian teman-teman saya. Bangga? jelas lah.
Dan akhir semeter ini telah di depan mata. Saya berada pada semester 6. Cukup adikatakan sebagai angkatan tua bagi adik-adik tingkat saya. Dan dalam semester itu pula banyak diantara teman saya yang sering dibelakang saya terbilang menjatuhkan. Entah itu menjelekkan saya, mencari kelemahan saya. Saya masih berpegang teguh pada prisip saya "Hidupku bukan berdasarkan pada omongan orang. Niat saya untuk mencari ilmu. Suka atau tidak saya jika bagi saya itu benar maka akan saya lakukan". Bapaklah yang selalu memberikan wejangan untuk saya. Dan pesan dari ibu selalu saya ingat "biar ibu yang bodho tapi anak ibu harus sekolah sampai sarjana". Kejutan di akhir semester ini adalah Indeks Prestasi saya turun sekitar 0,5. Target awal untuk semester ini adalah 3,6 tapi target itu tidak saya dapatkan.
Apakah saya kecewa? jawabannya adalah YA. Karena saya merasa sudah semaksimal mungkin salam mengerjakan tugas. Bagaimana menyelesaikan tugas dan presentasi. Cukup membuat saya enggan lagi untuk memaksimalkan kuliah ini. Inilah kelemahan saya, sekali target yang saya tetapkan tidak terpenuhi saya pasti "nglokro" kalau orang jawa katakan. Atau istilah mudahnya putus asa. Karena bagi saya, ketika saya pulang ke rumah dengan membawa transkip nilai semester itu adalah sebuah kado kecil untuk orang tua. Pulang dengan membawa nilai setiap semester entah itu baik, cukup, atau mungkin kurang akan memberikan kesan tersendiri bagi orang tua. Dan senangnya ketika sebuah senyuman dan rasa bangga itu menghiasi diri Bapak dan Ibu saya.
Dan saat ini saya menjajaki semester 7 di Universitas Kristen Satya Wacana. Masih sebagai mahasiswa calon guru PGSD yang insyaallah pertengahan semester depan akan menyelesaikan study. Saat ini pula saya tengah melaksanakan kegiatan wajib sebagai bekal ketika terjun dilapangan nanti. PPL ( Program Pengalaman Lapangan) di SD Sidorejo Lor 1 Salatiga. Berangkat dengan ilmu yang pas, penampilan yang pas, nyali yang pas, dan semuanya serba pas. Melihat bagaimana respon murid-murid terhadap mahasiswa menjadikan yang tadinya saya ragu kini semakin bersemangat. Bermain dengan murid, belajar dengan murid, menjadi sahabat ketika diluar kelas. Menjadi seorang ibu ketika di dalam kelas. Menjadi panutan yang sangat mereka banggakan. Sesuai dengan yang dikatakan bapak "anak SD itu justru akan lebih percaya gurunya daripada orang tuanya. Atau gampangnya DEWA nya murid itu ya gurunya".
Dalam menjajaki semester 7 ini, beberapa kali saya mengalami beberapa kendala. Saya dikatakan sebagai penghianat manakala saya berbeda pendapat dengan keputusan teman-teman. Ini negara demokratis, beda pendapat bagi saya hal yang wajar asal kita bisa menempatkan dan bisa untuk menghargai. Ini sempat menjadikan diri saya down, tapi kembali dengan prinsip saya " menjadi BEDA itu bukan suatu masalah besar. Berani menjadi beda itu bagus asal tetap untuk menghargai yang lain". Dan solusinya adalah tetap staycool.
*****
Lalu, bagaimana dengan mimpi saya?Mimpi dan harapan di 2011? Masih dengan berjuta mimpi itu. Dimana nantinya jika saya sudah lulus kuliah saya tak ingin hanya sekedar sebagai guru yang digugu dan ditiru murid saja. Memberikan potensi yang baik bagi dunia pendidikan Indonesia itu adalah cita-cita saya. Melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi dan syukur bisa mendapatkan beasiswa luar negri adalah mimpi saya. Dan yang paling penting saat ini saya ingin segera menyelesaikan skripsi dan pulang kerumah dengan mengenakan Toga. Menanti hangatnya pelukan bapak ibu dan dengan lantang saya akan meneriakkan "Bapak, ibu...kulo sampun sarjana sakniki.....matursuwun sanget kagem pengorbanan, doa, restu bapak ibu". 2010 akan segera mengakhiri diari pendidikanku yang penuh dengan mimpi. Selamat datang 2011 dan akan ku buka lembaran baru diari pendidikanku dan cita-citaku. Mengukir rentetan mimpi dalam benakku dan dengan penuh doa, harapan, dan usaha semoga mimpi itu akan segera terwujud di 2011 nanti.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.
Label:
andrea hirata,
belajar,
cerita,
cita-cita,
kontes blog,
mimpi,
musahabah,
pendidikan
Subscribe to:
Posts (Atom)